Apa yang ada dipikiran kalian jika kalian didiagnosa dokter mengidap kanker stadium lanjut (2)

Tiba-tiba gw terbangun mendengar bunyi notifikasi bbm yang ga berenti bunyi. Cetak cetuk cetak cetuk. Penasaran siapa yang mengirim pesan, akhirnya gw buka pesan itu. Dan ternyata itu pesan dari salah satu dosen gw waktu kuliah dulu. isi pesannya adalah jawaban-jawaban beliau untuk melengkapi tentang pertanyaan gw yang gw kirim ke temen-temen waktu gw baru memulai membuat blog ini. Jadi teringat dengan pertanyaan gw malam itu:

"Apa yang ada dipikiran kalian jika kalian di diagnosa dokter mengidap kanker stadium lanjut?"

Nah dosen gw ini melengkapi panjang lebar jawaban dari pertanyaan gw:

Jawaban beliau sebelumnya:
"Hmm, bentar lagi dong menghadapNya. Makin intensif deh ibadahnya. Bikin usiaku berkah dan berarti buat lingkungan".

Lalu beliau melengkapi jawabannya seperti ini:
Sebenernya bar, bagi aku pribadi, meski udah terdiagnosa penyakit terminal atopun ngga, aku udah terobsesi dgn : kapan aku menghadapNya? Bagaimana caranya? Apa yg bakal aku hadapi di sana? Brapa byk aku udah melalaikan perintahNya? Trus apakah aku siap meninggalkan apa yg udah selama ini bersama aku? Buanyaaaakk pertanyaan itu.
Makanya setiap hari, kala aku sholat malam or lagi menyendiri, aku selaluuuuuu bertanya. Jadi, aku merasa lebih menderita lagi dgn pertanyaan aku yg tak terjawab itu. Bisa sekarang, bisa besok, bisa sebentar lagi. Bagi mereka yg telah terdiagnosa seperti itu, menurut aku, malah lebih diberi titik terang sama Allah. Mereka justrus lebih bisa punya jawaban terhadap pertanyaan2 yg terngiang2 di kepala aku. Emang menyedihkan. Kala aku mbayangin seperti itu, aku selalu nangis. Makanya, aku gak mau nyianyia in waktu yg tersisa itu dgn cuma meratapi or sedih mulu.
Aku berusaha, apa yg aku mampu untuk: bekerja semampu aku, menikmati hidup dan memberi kebahagiaan serta kekuatan bagi org2 disekeliling aku, menjalankan perintahNya and sunah2 rosul seperti memakai busana sesuai syariah, menjaga pandangan, menghindari perbuatan yg mendekati zina (seperti pacaran, berdua2 dgn yg bukan muhrim, ets), selalu berusaha berkata positif, dll. Mdh2an aku bisa menjalaninya. Jgn pernah merasa kita yg tdk terdiagnosa penyakit terminal itu malah lebih tenang. Bagi saya, itu malah membuat tidak tenang sama sekali, selalu berada dalam ketidakpastian.
Dan jujur, saya selalu menanamkan pada keluarga saya bahwa suatu saat mereka akan kehilangan saya atau salah satu dari kita (keluarga), dan selalu bersiaplah untuk itu. Alhamdulillah anakku yang terbesar, bisa menangkapnya, dia udah berusaha berbuat apa yg baik untuk hari ini, sholat 5 waktu, berdoa untuk kebaikan and keluarganya, tilawah quran, etc. Anak sekecil itu aja bisa, kenapa kita ngga. Mdh2an itu bisa memberi pencerahan. Oh ya, kalo ada baksos2 yg bisa diikuti, sebaiknya segera ikut, jgn males2an. Aktif dikegiatan lingkungan dan sosial akan membuat kita lebih optimis. Maaf kalo sekiranya saya salah. Wallohualam bishawab.
Sekarang saya pasrah bar. Saya jalani aja yang terbaik (sesuai pengetahuan saya). Jadi kapanpun Dia memanggil saya, Insya Allah saya sudah menyiapkan diri. Dan keluarga juga siap. Karena kita ngga tau, apa yang bakal kita hadapi semenit kemudian, sejam kemudian, esok hari atopun beberapa tahun ke depan. Makanya bar kalo ada kesempetan cepet2 aje kawin. Sayang nanti kalo keburu mati, lu blom sempet menyempurnakan 1/2 dien and  nikmatnya surga dunia :D


0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © RumahKu. Design By Best Website Design
Buy Traffic and Templates On Sales